Tari Klasik Gaya Surakarta |
Konsep Materi normatif dalam tari klasik gaya Surakarta yang telah dijelaskan oleh S. Ngalimankepada Supriyadi Hasto Nugroho, merupakan isi dari delapanmacam pengertian dasar yang terangkumdi dalam Hasta Sawanda. Kedelapan ketentuandasar tersebut adalah: pacak, pancat, lulut, wiled, luwes, ulat, irama, dan gendhing. Adapun isi dari Hasta Sawanda
adalah:
adalah:
1. Pacak
Adalah suatu standarisasi atau pathokan yang harus diterapkan dan ditaati dalam melakukan setiap gerak tari. Adapun pathokan ini terdiri dari: badan tegak, dhadha ndegeg, pundhak leleh, kaki mendhak, leher lurus. Telapak kaki malang, jari kaki nylekenthing,dan pandangan jatmika. Sungguhpun pacak nampak lebih lazim diterapkan sebagai ketentuan normatif (tata aturan) di dalam melakukangerak secara teknis, namun kiranya di dalam tata susunan tari istilah pacak inibisa dipakai untuk menyebut ketentuan-ketentuan normatif yang harus ditaati di dalam mengadakan penyusunan tari.
2. Pancat
Merupakan pola kesinambungan motifgerak di dalam suatu bentuk tari. Di dalam bentuk tari Jawa, maka antara motif gerak tari yang satu dengan motif gerak tari berikutnya harus terangkai melalui suatu gerak penghubung yang selaras.
3. Lulut
Adalah sifat dari gerak tari, rangkaian gerak tari selalu mengalir atau dalam istilah mbanyu mili. Seperti pada umumnya tari putri, bahwa penari dalam melakukan setiap gerak jangan sampai gerak itu terputusatau berhenti. Tentunyahal ini hanyaakan bisa dicapaiapabila cara melakukannya (pola kesinambungan motif-motif gerak melalui sendi) senantiasa tampak sempurna.
4. Wiled
Adalah gaya individual dari penari yang ditetapkan dalam melakukan gerak tari. Bagian ini bisa merupakanpathokan yang tidak baku, yang disebabkan bentuk tubuh penari berlainan. Maksud dari pathokan tidak baku ini adalah untuk menutupi kelemahanpada bentuk tubuh penari, sehinggadalam melakukan setiap gerak tari tetap resik.
5. Luwes
Adalah sifat yang tampak selaras dan harmonis yang muncul dari para penari dalam melakukan dan menghayati suatu tari. Pada bagian ini merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kemampuan seorang penari yang dapat dilakukan sesuai dengan pengalamannya. Di dalam hubungannya dengan tata susunan tari tradisional Jawa,maka sifat luwes ini juga menentukan keindahan dari koreografinya.
6. Ulat
Pengertiannya adalah pada ekspresi muka. Hal ini dilakukan penari dengan menyesuaikan karakter tari yang dibawakan.
7. Irama
Adalah ketukan-ketukan tertentu yang mengatur kecepatan dan tekanandari suatu gerak tari. Di dalamtari klasik gaya Surakarta terdapat empat macam bentuk irama gerak, yakni: ganggeng kanyut, banyak slulup,prenjak tinaji, dan kebo manggah. Adapun penjelasan dari keempat macam bentuk irama tersebut adalah: (a). ganggeng kanyut, untuk irama gerak tari luruh dan tari Bedhaya serta Srimpi, secara prinsip dalam hal ini setiap bentuk motif gerak tariharus dilakukan dengan sedikit membelakangi pukulanatau balungan pada akhirgatra dari suatu gendhingpengiringnya. ; (b). banyak slulup, digunakan pada tari gagah dugangan, dalam hal ini setiapdari suatu bentuk motif gerak tari harus diilakukan dengan sedikit mendahului balungan pada akhir gatra dari gendhingpengiringnya.; (c). prenjak tinaji, digunakan untuk tari halus yang bersifat dinamis (lanyap), dalam hal ini setiapakhir suatu bentukmotif gerak tari halus dilakukantepat balungan pada akhir gatra dari gending pengiringnya.; (d). kebo manggah, digunakan untuk karakter raksasa (denowo), secara prinsip dalam irama ini, setiap akhir dari suatu bentuk motif gerak tari senantiasa harus dilakukan tepat balungan pada akhir gatra dari gending pengiringnya.
8. Gending
Maksudnya bahwa seorang penari senantiasa harus mengerti Poker Online gitu ya
BalasHapus