This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 14 Februari 2019

Pengertian Seni Tari | Seni Tari Menurut Beberapa Tokoh | Tari adalah

Seni tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika.

Beberapa pakar tari melalui simulasi di bawah ini beberapa tokoh yang mendalami tari menyatakan sebagai berikut.

Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk  gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2). Di sisi lain ditambahkan oleh La Mery bahwa ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi harus diinternalisasikan.Untuk menjadi bentuk yang nyata maka Suryo mengedepankan tentang tari dalam ekspresi subyektif yang diberi bentuk obyektif (Meri:1987, 12). Dalam upaya merefleksikan tari kedua tokoh sejalan.

Tari sering kita lihat dalam berbagai acara baik melalui media televisi (TV), maupun berbagai kegiatan Situs Judi QQ Online Terpercaya seperti pada acara khusus berupa pergelaran tari,dan acara  tontonan dalam kegaiatan kenegaraan maupun acara-acara yang berkaitan dengan keagamaan, perkawinan maupun pesta lain yang berhubungan dengan adat.


Tari merupakan salah satu cabang seni, di mana media ungkap yang digunakan adalah tubuh. Tari mendapat perhatian besar di masyarakat. Tari ibarat bahasa gerak  merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal dan dapat dinikmati oleh siapa saja, pada waktu kapan saja.

Sebagai sarana komunikasi, tari memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Pada berbagai acara tari dapat berfungsi menurut kepentingannya. Masyarakat membutuhkan tari bukan saja sebagai kepuasan estetis, melainkan dibutuhkan juga sebagai sarana upacara Agama dan Adat.

Apabila disimak secara khusus, tari membuat seseorang tergerak untuk mengikuti irama tari, gerak tari, maupun unjuk kemampuan, dan kemauan kepada umum secara jelas. Tari memberikan penghayatan rasa, empati, simpati, dan kepuasan tersendiri terutama bagi pendukungnya.

Media ungkap tari berupa keinginan/hasrat berbentuk refleksi gerak baik secara spontan, ungkapan komunikasi kata-kata, dan gerak-gerak maknawi maupun bahasa tubuh/gestur. Makna yang diungkapkan dapat diterjemahkan penonton melalui denyut atau detak tubuh. Gerakan denyut tubuh memungkinkan penari mengekspresikan perasaan maksud atau tujuan tari.

Elemen utamanya berupa gerakan tubuh yang didukung oleh banyak unsur, menyatu-padu secara performance yang secara langsung dapat ditonton atau dinikmati pementasan di atas pentas. Dengan demikian untuk meperoleh gambaran yang jelas tentang tari secara jelas.

Seperti dikutip oleh M. Jazuli dalam (Soeryobrongto:1987, 12-34) dikemukakan bahwa gerak-gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik adalah tari. Irama musik sebagai pengiring dapat digunakan untuk mengungkapkan maksud dan tujuan yang ingin disampaikan pencipta tari melalui penari (Jazuli, 1994:44).

Pada dasarnya gerak tubuh yang berirama atau beritmeritme memiliki potensi menjadi gerak tari. Salah satu cabang seni tari yang di dalamnya mempelajari gerakan sebagai sumber kajian adalah tari. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu bergerak. Gerak dapat dilakukan dengan berpindah tempat (Locomotive Movement). Sebaliknya, gerakan di tempat disebut gerak di tempat (Stationary Movement).

Hal lain juga disampaikan oleh Hawkins bahwa, tari adalah ekspresi perasaan manusia yang diubah ke dalam imajinasi dalam bentuk media gerak sehingga gerak yang simbolis tersebut sebagai ungkapan si penciptanya (Hawkins, 1990:2). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dirangkum bahwa, pengertian tari adalah unsur dasar gerakyang diungkapan atau ekspresi dalam bentuk perasaan sesuai keselarasan irama.

Rabu, 13 Februari 2019

Persamaan dan Perbedaan Langendriyan dengan Langen Mandra Wanara


Persamaan dan Perbedaan Langendriyan dan Langen Mandra Wanara

Berdasarkan hasil observasi penulis pada saat menyaksikan gelar seni opera jawa yang dipertunjukan di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) pada 30 September - 1 Oktober 2014 terdapat beberapa persamaan Discount Taruhan Judi Togel dan perbedaan diantara keduanya. Persamaan yang paling jelas terekam dalam setiap penontonya yaitu keduanya sama-sama :


1.      Menggunakan tembang sebagai dialog antar tokoh.

2.      Diiringi dengan gamelan jawa lengkap.

3.      Ditarikan dengan jongkok atau jengkeng.

4.      Penokohan dibedakan dengan rias karakter.

5.      Memiliki dasar atau pakem tertentu.

6.      Mengenakan kostum utuh satu perangkat.

7.      Dalam ambang kepunahan seiring dengan perkembangan zaman.

Sedangkan untuk perbedaan dari keduanya tertulis dalam bentuk tabel sebagai berikut:

No
Pembeda
Langendriyan
Langen Mandra Wanara
1.
Ruang lingkup kelahiran
Daerah lingkungan keraton
Lahir di lingkungan masyarakat.
2.
Sifat
Klasik istana sentris
Kerakyatan
3.
Pakem
Ada
Tidak begitu mengikat
4.
Sumber cerita
Serat-serat Panji (menakjingga-Damarwulan)
Cerita wanara dari Kitab epos Ramayana
5.
Daerah kepemilikan kesenian
Yogyakarata dan Surakarta
Hanya Yogyakarta
6.
Sikap dalam pertunjukan
Serius
Lebih leluasa
7.
Teknik jongkok lutut
Semua penari harus ngesot.
Tidak harus ngesot
8.
Kostum
Lebih megah dan agung
Lebih sederhana
Tabel perbedaan langendriyan dan lengn mandra wanara
Setelah tersampaikan persamaan dan perbedaan langendriyan dan langen mandra wanara, masyarakat patut berbangga diri memiliki kesenian yang sangat khas dan menarik untuk dilihat. Untuk itu pelestarian dari pemirsa dan pelaku kesenian harus tetap dijaga agar tidak terjadi kepunahan.

Selasa, 12 Februari 2019

Pengertian Gamelan | Gamelan Jawa | Alat Musik Gamelan Live Draw Lottery

Pengertian Gamelan | Gamelan Jawa | Alat Musik Gamelan Live Draw Lottery - Bagi masyarakat Jawa khususnya, gamelan bukanlah sesuatu yang asing lagi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, masyarakat paham dengan apa yang disebut gamelan atau seperangkat gamelan. Mereka telah mengenal istilah 'gamelan', 'karawitan', atau 'gangsa'. Namun barangkali rnasih banyak yang belum mengetahui bagaimana sejarah perkembangan gamelan itu sendiri, sejak kapan gamelan mulai ada di Jawa?.

Gamelan adalah produk budaya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan kesenian. Kesenian merupakan salah satu unsur budaya yang bersifat universal. Ini berarti bahwa setiap bangsa dipastikan memiliki kesenian, namun wujudnya berbeda antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Apabila antar bangsa terjadi kontak budaya Live Draw Lottery maka keseniannya pun juga ikut berkontak sehingga dapat terjadi satu bangsa akan menyerap atau mengarn bila unsur seni dari bangsa lain disesuaikan dengan kondisi seternpat. Oleh karena itu sejak keberadaan gamelan sampai sekarang telah terjadi perubahan dan perkembangan, khususnya dalam kelengkapan ansambelnya.
Gamelan adalah seperangkat alat musik dengan nada pentatonis, yang terdiri dari : Kendang, Bonang, Bonang Penerus, Demung, Saron, Peking (Gamelan), Kenong & Kethuk, Slenthem, Gender, Gong, Gambang, Rebab,, Siter, Suling.

Komponen utama alat musik gamelan adalah : bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan

Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa “gamel” yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran “an” yang menjadikannya sebagai kata benda. Sedangkan istilah gamelan mempunyai arti sebagai satu kesatuan alat musik yang dimainkan bersama.



Tidak ada kejelasan tentang sejarah terciptanya alat musik ini. Tetapi, gamelan diperkirakan lahir pada saat budaya luar dari Hindu – Budha mendominasi Indonesia. Walaupun pada perkembangannya ada perbedaan dengan musik India, tetap ada beberapa ciri yang tidak hilang, salah satunya adalah cara “menyanyikan” lagunya. Penyanyi pria biasa disebut sebagai wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana.

Menurut mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka. Beliau adalah dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana yang berada di gunung Mahendra di daerah Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu).

Alat musik gamelan yang pertama kali diciptakan adalah “gong”, yang digunakan untuk memanggil para dewa. Setelah itu, untuk menyampaikan pesan khusus, Sang Hyang Guru kembali menciptakan beberapa peralatan lain seperti dua gong, sampai akhirnya terbentuklah seperangkat gamelan.

Pada jaman Majapahit, alat musik gamelan mengalami perkembangan yang sangat baik hingga mencapai bentuk seperti sekarang ini dan tersebar di beberapa daerah seperti Bali, dan Sunda (Jawa Barat).

Bukti otentik pertama tentang keberadaan gamelan ditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah yang berdiri sejak abad ke-8. Pada relief-nya terlihat beberapa peralatan seperti suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, termasuk sedikit gambaran tentang elemen alat musik logam. Perkembangan selanjutnya, gamelan dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang dan tarian. Sampai akhirnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden.

Gamelan yang berkembang di Jawa Tengah, sedikit berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut apabila dibandingkan dengan Gamelan Bali yang rancak serta Gamelan Sunda yang mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Menurut beberapa penelitian, perbedaan itu adalah akibat dari pengungkapan terhadap pandangan hidup “orang jawa” pada umumnya.

Pandangan yang dimaksud adalah : sebagai orang jawa harus selalu “memelihara keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, serta keselarasan dalam berbicara dan bertindak”. Oleh sebab itu, “orang jawa” selalu menghindari ekspresi yang meledak-ledak serta selalu berusaha mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud paling nyata dalam musik gamelan adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.

Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang sangat kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu “sléndro”, “pélog”, ”Degung” (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan “madenda” (juga dikenal sebagai diatonis), sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.

* Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu : 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil.

* Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu : 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar.

Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yang terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.

Istilah “karawitan” yang digunakan untuk merujuk pada kesenian gamelan banyak dipakai oleh kalangan masyarakat Jawa. Istilah tersebut mengalami perkembangan penggunaan maupun pemaknaannya. Banyak orang memaknai "karawitan" berangkat dari kata dasar “rawit” yang berarti kecil, halus atau rumit. Konon, di lingkungan kraton Surakarta, istilah karawitan pernah juga digunakan sebagai payung dari beberapa cabang kesenian seperti: tatah sungging, ukir, tari, hingga pedhalangan (Supanggah, 2002:5¬6).

Dalarn pengertian yang sempit istilah karawitan dipakai untuk menyebut suatu jenis seni suara atau musik yang mengandung salah satu atau kedua unsur berikut (Supanggah, 2002:12):
(1) menggunakan alat musik gamelan - sebagian atau seluruhnya baik berlaras slendro atau pelog - sebagian atau semuanya.
(2) menggunakan laras (tangga nada slendro) dan / atau pelog baik instrumental gamelan atau non-gamelan maupun vocal atau carnpuran dari keduanya.

Gamelan Jawa sekarang ini bukan hanya dikenal di Indonesia saja, bahkan telah berkembang di luar negeri seperti di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Canada. Karawitan telah 'mendunia'. Oleh karna itu cukup ironis apabila bangsa Jawa sebagai pewaris langsung malahan tidak mau peduli terhadap seni gamelan atau seni karawitan pada khususnya atau kebudayaan Jawa pada umumnya. Bangsa lain begitu tekunnya mempelajari gamelan Jawa, bahkan di beberapa negara memiliki seperangkat gamelan Jawa. Sudah selayaknya masyarakat Jawa menghargai karya agung nenek moyang sendiri.

Kamis, 27 Desember 2018

Tari berdasarkan Jenisnya


Tari Kreasi Baru Tidak Berpolakan Tradisi (Non Tradisi) ---Tari Kreasi yang garapannya melepaskan diri dari pola-pola tradisi baik dalam hal koreografi, musik, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya. Walaupun tarian ini tidak menggunakan pola-pola tradisi, tidak berarti sama sekali tidak menggunakan unsur-unsur tari tradisi, mungkin saja masih menggunakannya tergantung pada konsep gagasan penggarapnya. Tarian ini disebut juga tari modern, yang istilahnya berasal dari kata Latin “modo” yang berarti baru saja.
Skema tari berdasarkan Jenisnya

Tari berdasarkan Jenisnya
a.   Tari Prmitif
Tari primitif adalah tari yang berkembang di lingkungan masyarakat yang masih menganut aliran kepercayaan animisme dan dinamisme. Tari primitif umumnya mengekspresikan wujud kehendak dan berupa upacara atau ritual dengan tujuan tertentu. Contoh : Tari Bailita (Papua), Tari DayangModan (Kalimantan)
Ciri-ciritariprimitif :
-          Gerak dan iringan sederhana, berupa hentakan kaki, tepukan tangan atau simbol suara atau hanya sekedar gerak sesuai dengan kehendak.
-          Gerak dilakukan untuk tujuan tertentu misalnya, pesta kelahiran, perkawinan, panen, dan lain sebagainya.
-          Instrumen musik sederhana berasalakan dari alam sekitar.
-          Tata rias dan busana sangat sederhana hasil dari alam sekitar.
-          Bisanya bersifat sakral, karena biasanya berupa ritual atau upacara keagamaan.

b.   Tari Tradisional
Tari tradisional adalah tarian yang sudah memiliki nilai, norma dan aturan tertentu sesuai dengan kepribadian daerah masing-masing sebagai ciri yang khas daerah tersebut. Disebut tari tradisional karena tari ini berkembang secara tradisi atau diwariskan secaraturun temurun. Pada umumnya tari tradisional berfungsi sebagai ritual, upacara, dan hiburan. Tari tradisional dibagi kembali menjadi dua yaitu tari klasik dan tari rakyat.
Tari klasik adalah tari yang mengalami kristalisasi keindahan yang tinggi dan sudah ada sejak jaman feudal. Tari ini biasanya hidup dilikgkungan keraton. Ciri-ciri tari klasik adalah memiliki nilai estetis yang tinggi biasanya bersifat agung dan mewah, hidup dikalangan raja-raja atau keraton, memiliki standarisasi, norma dan aturan yang jelas atau sering disebut pakem. Contoh : tari bedhaya, serimpi, lawung, dsb.
Tari rakyat adalah tari yang hidup dan berkembang pada masyarakat tertentu sejak jaman primitif sampai sekarang.Ciri-ciritari rakyat adalah memiliki rasa kebersamaan yang kuat, sederhana, memiliki kekuatan-kekuatan tertentu yang dipercaya masyarakat, nilai estetis yang dicapai tidak begitu tinggi. Contoh : tari jaran kepang, lengger, dolalak, angguk, topeng irang, dsb.
Ciri-ciri:
-          Pewarisanbudaya
-          Turun-temurun
-          Memilikikhas di setiapdaerahnya (kedaerahan)

c.    Tari KreasiBaru
Tari kreasi baru Merupakan tarian yang lepas dari standar tari yang baku. Dirancang menurut kreasi penata tari sesuai dengan situasi kondisi dengan tetap memelihara nilai artistiknya. Tari kreasi baik sebagai penampilan utama maupun sebagai tarian latar hingga kini terus berkembang dengan iringan musik yang bervariasi, sehingga muncul istilah tari modern. .Pada garis besarnya tari kreasi dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
Tari Kreasi Baru Berpolakan TradisiYaitu tari kreasi yang garapannya dilandasi oleh kaidah-kaidah tari tradisi, baik dalam koreografi, musik/karawitan, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya. Walaupun ada pengembangan tidak menghilangkan esensiketradisiannya.

Kamis, 20 Desember 2018

Latar Belakang Karawitan Banyuwangi dan Karawitan Sunda

Latar Belakang Karawitan Banyuwangi dan Karawitan Sunda

Latar Belakang Karawitan Banyuwangi dan Karawitan Sunda

Kesenian - Latar Belakang Karawitan Banyuwangi dan Karawitan Sunda-Karawitan Banyuwangi dan karawitan Sunda mempunyai latar belakang kehidupan budaya agraris yang kuat. Letaknya yang berdekatan dengan Bali dan hanya dipisahkan dengan selat kecil, sehingga pengaruh kesenian Bali tidak dapat dielakan. Bahkan menurut sejarahnya Banyuwangi pernah menjadi bagian dari kerajaan di Bali.

Bambu merupakan bahan baku pembuatan alat musik tradisional di daerah Banyuwangi dengan orkestrasi antara lain seruling dan angklung. Selanjutnya dari alat musik angklung yang berlaraskan slendro dan kenong kempul musik kolotomik yang sudah lebih dahulu ada mengadopsi baik instrumen, vokal maupun tehnik permainannya dari karawitan Bali maupun Jawa. 

Hal ini juga terjadi pada karawitan Sunda (gamelan Degung), alat musik dari bambu yakni seruling.  Khususnya karawitan Jawa tidak tampak menonjol pengaruhnya dalam instrumen vokal dan tehnik permainannya, kecuali pada penyebutan alat musik dan syairnya.  

Kebudayaan barat dimasa penjajahan Bisnis Rental Mobil Online oleh Belanda juga amat dirasakan pengaruhnya pada karawitan Banyuwangi hal ini terbukti dengan adanya “biola” masuk dalam ansambelnya. Demikian pula pengaruh Cina yakni alat musik “triangel” atau disebut kluncing atau ining-inging.

Karawitan Banyuwangi yang berlaraskan slendro dengan alat yang terdiri dari: 2 demung, 2 slenthem, 4 saron, 2 peking, 2 kendang, kenong telok, kempul gong, 2 angklung, biola dan triangel itu pada umumnya berfungsi membantu penyajian lagu-lagu tradisional. 

Sedangkan sebagai pemangku tari hanya pada jenis tari kreasi baru yang bersumber dari tradisi. Sedangkan karawitan Sunda yang berlaraskan pelogterdiri dari: 1 saron penerus, 1 cempres (jw: peking), 1 set bonang, 1 set jengglong (jawa: kempul), 1 set kendang, 1 seruling, 1 rebab, 1 kecrek dan goong.  


Bertolak dari hal tersebut diatas, tidaklah mudah mempelajari karawitan Banyuwangi maupun karawitan Sunda dengan harus mempelajari karakter, bentuk serta pola tabuhan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu perlu pemecahan guna mendapat solusi agar tidak terjadi hambatan, kejenuhan dan keengganan mengikuti proses belajar bahkan mengabaikan.

Adapun solusi yang penulis tawarkan guna tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien adalah dengan metode pengamatan dan imitasi. Metode pengamatan, mahasiswa akan mendapatkan penjelasan perihal latar belakang budaya, jenis-jenis alat, tehnik pukulan serta istilah-istilah musik, lagu/syair dan permainanya disertai pemutaran VCD. Sedangkan metode imitasi adalah pola menirukan tehnik suara maupun tehnik pukulan baik dari pelau seni maupun dari contoh VCD.

Akhirnya dengan metode ini yang diharapkan tidak akan terjadi cara belajar seperti yang dikawatirkan bahkan sebaliknya akan tercipta suasana kondosif penuh semangat yang muaranya dengan hasil memuaskan.

Ketrung Tidak Hanya Tontonan tapi juga Tuntunan

Ketrung Tidak Hanya Tontonan tapi juga Tuntunan

Ketrung Tidak Hanya Tontonan tapi juga Tuntunan

Kesenian - Banyak di antara kita yang tidak lagi mengenal Kentrung, salah satu kesenian yang dimainkan oleh sebuah grup dengan seperangkat alat musik yang terdiri dari kendang, ketipung dan jidor. Kentrung adalah salah satu kesenian bertutur, seperti layaknya wayang kulit. Hanya saja Kentrung tidak disertai adegan wayang. Sepanjang pementasanya Kentrung hanya diisi oleh seorang dalang yang merangkap sebagai penabuh gendang dan ditemani olehpenyenggak yang menabuh rebana (jidor). Dulu Kentrung banyak dipentaskan pada berbagai hajatan masyarakat seperti syukuran kelahiran anak, khitanan, pitonan, maupun mudun lemah.
Kentrung sarat akan nilai-nilai dakwah. Materi lakon-nya pada umumnya menceritakan tentang ketauladanan zaman Khalifah Empat, Wali Songo dan zaman Mataram Islam. Ada juga yang terkait dengan sejarah di Pulau Jawa yang banyak dipengaruhi oleh Hindu dan Budha. Di antara lakon-lakonnya yang populer adalah Nabi yusuf, Syeh Subakir, Amad Muhammad, Kiai Dullah, Amir Magang, Sabar-Subur, Marmaya Ngentrung, Sunan Kalijaga, Ajisaka danBabad Tanah Jawa. Selain itu kerap juga membabarkan mengenai nilai-nilai tasawuf dengan mengupas berbagai topik seperti Purwaning Dumadi, Keutaman, Kasampurnan Urip, dan Sangkan Paraning Dumadi. Kentrung juga sarat dengan pesan-pesan moral yang tercermin pada tembang-tembang Kentrung, diantaranya Kembang-KembanganKembang Terong Abang Biru Moblong-Moblong, dan Sak Iki Wis Bebas Ngomong, Ojo Clemang-Clemong (bunga terong berwarna merah biru mencorong, sekarang ini sudah bebas berbicara, tetapi jangan celometan).
Prof. Dr. Suripan Sudi Hutomo dalam bukunya Kentrung mengatakan kesenian ini berkembang pada abad XVI di Kediri, Blitar, Tulungagung, Tuban dan Ponorogo. Versi awal kesenian ini cukup beragam. Ada yang menyebut Kentrung sebagai kesenian asli bangsa Indonesia. Namun versi lain mengatakan Kentrung berasal dari jazirah Arab, Persia, dan India. Yang pasti, sebagai sarana dakwah, pada masa kejayaannya Kentrung diminati masyarakat. Kentrung mencapai zaman keemasannya pada tahun 1970-an hingga 1980-an. Selama dua dasawarsa itu hampir seluruh masyarakat yang berpesta mengudang Kentrung. Di awal 90-an, ketika televisi makin murah dan layar tancap menawarkan altenatif hiburan yang praktis, Kentrung mulai terseok.

Ketrung Tidak Hanya Tontonan tapi juga Tuntunan

Dari catatan Seksi Kebudayaan Diknas Tulungagung pada tahun 70-an hampir setiap desa di Tulungagung memiliki kelompok Kentrung. Namun saat ini hanya tinggal 1 saja yang masih bertahan. Diknas Tulungagung pernah menyarankan agar kelompok-kelompok Kentrung tidak terpaku pada pakem, tapi menampilkan inovasi baru. Misal, mencampur dengan teknik penampilan kesenian lain, kalau perlu mengambil metode campursari. Lenyapnya apresiasi masyarakat, dan menyusutnya komunitas seniman Kentrung, juga mengakibatkan tidak terjadinya regenerasi dan pewarisan. Serbuan kesenian modern seperti layar tancap, dangdut, atau memutar VCD menjadi penyebab utama hilangnya Kentrung di tengah masyarakat. Kentrung tidak sendiri. Kesenian tradisional lainnya; Ketoprak, Ludruk, Langen Tayub, Jaranan, dan Jathilan, juga mengalami nasib serupa. Namun khusus untuk Kentrung, jalan menuju kematiannya lebih disebabkan oleh sikap masyarakatnya yang lebih suka menjadikan kesenian sebagai tontonan, bukan tuntunan. Jadi, tidak aneh jika perilaku masyarakat sekarang juga berubah karena kesenian tidak lagi berisi tuntunan-tuntunan.
Meskipun sekarang ini Kentrung mulai meredup, beberapa seniman muda mulai menggeluti Kentrung dengan mengembangkan inovasi-inovasi baru seperti menggabungkanya dengan lawakan dan ludruk. Suatu usaha dari seniman muda yang patut mendapat dukungan dan apresiasi dalam melestarikan Kentrung.

Senin, 17 Desember 2018

Reog Kendang Seni Budaya Khas Tulungagung

Reog Kendang Seni Budaya Khas Tulungagung

Reog Tulungagung merupakan gubahan tari rakyat, menggambarkan arak-arakan prajurit Kedhirilaya tatkala mengiringi pengantin “Ratu Kilisuci“ ke Gunung Kelud, untuk menyaksikan dari dekat hasil pekerjaan Jathasura, sudahkah memenuhi persyaratan pasang-girinya atau belum. Dalam gubahan Tari Reog ini barisan prajurit yang berarak diwakili oleh enam orang penari.
Yang ingin dikisahkan dalam tarian tersebut ialah, betapa sulit perjalanan yang harus mereka tempuh, betapa berat beban perbekalan yang mereka bawa, sampai terbungkuk-bungkuk, terseok-seok, menuruni lembah-lembah yang curam, menaiki gunung-gunung, bagaimana mereka mengelilingi kawah seraya melihat melongok-longok ke dalam, kepanikan mereka, ketika “Sang Puteri“ terjatuh masuk kawah, disusul kemudian dengan pelemparan batu dan tanah yang mengurug kawah tersebut, sehingga Jathasura yang terjun menolong “Sang Puteri“ tewas terkubur dalam kawah, akhirnya kegembiraan oleh kemenangan yang mereka capai.
Semua adegan itu mereka lakukan melalui simbol-simbol gerak tari yang ekspresif mempesona, yang banyak menggunakan langkah-langkah kaki yang serempak dalam berbagai variasi, gerakan-gerakan lambung badan, pundak, leher dan kepala, disertai mimik yang serius, sedang kedua tangannya sibuk mengerjakan dhogdhog atau tamtam yang mereka gendong dengan mengikatnya dengan sampur yang menyilang melalui pundak kanan. Tangan kiri menahan dhogdhog, tangan kanannya memukul-mukul dhogdhog tersebut membuat irama yang dikehendaki, meningkahi gerak tari dalam tempo kadang-kadang cepat, kadang-kadang lambat. Demikian kaya simbol-simbol yang mereka ungkapkan lewat tari mereka yang penuh dengan ragam variasi, dalam iringan gamelan yang monoton magis, dengan lengkingan selompretnya yang membawakan melodi terus-menerus tanpa putus, benar-benar memukau penonton, seakan-akan berada di bawah hipnose.

Busana penari adalah busana keprajuritan menurut fantasi mereka dari unit reog yang bersangkutan. Di Tulungagung dan sekitar, bahkan sampai di luar daerah Kabupaten Tulungagung, sekarang sudah banyak bersebaran unit-unit reog sejenis, dan mereka memiliki seleranya masing-masing dalam memilih warna. Unit-unit yang terdiri dari golongan muda usia, biasanya memilih warna yang menyala, merah misalnya.
Sebuah unit reog dari desa Gendhingan, Kecamatan Kedhungwaru, Kabupaten Tulungagung, beranggotakan orang-orang dewasa, bahkan tua-tua. Mungkin karena kedewasaannya itu mereka sengaja memilih warna hitam sebagai latar dasar busananya, sedang atribut-atributnya berwarna cerah. Busana itu terdiri atas:
  1. Baju berlengan panjang, bagian belakang kowakan untuk keris. Sepanjang lengan baju diberi berseret merah atau kuning, juga di pergelangan.
  2. Celana hitam, sempit, sampai di bawah lutut. Di samping juga diberi berseret merah memanjang dari atas ke bawah.
  3. Kain batik panjang melilit di pinggang, bagian depan menjulai ke bawah. Sebagai ikat pinggang digunakan setagen, kemudian dihias dengan sampur berwarna.
  4. Ikat kepala berwarna hitam juga, diberi iker-iker (pinggiran topi) tetapi berbentuk silinder panjang bergaris tengah 3 cm, dililitkan melingkari kepala. Warnanya merah dan putih.
  5. Atribut-atribut yang dipakai:
    • kacamata gelap atau terang;
    • sumping di telinga kanan dan kiri;
    • epolet di atas pundak, dengan diberi hiasan rumbai-rumbai dari benang perak;
    • sampur untuk selendang guna menggendong dhogdhog;
    • kaos kaki panjang.
Reog Kendang Seni Budaya Khas Tulungagung
Busana yang dikenakan oleh unit reog dari golongan muda usia, tidak jauh berbeda, hanya warna mereka pilih yang menyala, disamping hiasan-hiasan lain yang dianggap perlu untuk “memperindah“ penampilan, misalnya rumbai-rumbai yang dipasang melingkar pada iker-iker. Dalam pada itu pada kaki kiri dipasang gongseng, yaitu gelang kaki yang bergiring-giring. Tentang gamelan yang mengiringi dapat dituturkan sebagai berikut. Keenam instrumen dhogdhog, sebangsa kendhang atau ketipung, tetapi kulitnya hanya sebelah, yang ditabuh oleh penarinya sendiri, terbagi menurut fungsinya: dhogdhog kerep, dhogdhog arang, timbang-timbangan atau imbalan, keplak, trentheng dan sebuah lagi dipukul dengan tongkat kecil disebut trunthong. Di luar formasi ini ditambah dengan tiga orang pemain tambahan sebagai pemukul kenong, pemukul kempul, dan peniup selompret. Kenong dan kempul secara bergantian menciptakan kejelasan ritma, dan selompret membuat melodi lagu-lagu yang memperjelas pergantian-pergantian ragam gerak.
Berbeda dengan Reog Tulunggung yang ada di desa Gendhingan, pada reog sejenis di desa Ngulanwentah, Kabupaten Trenggalek, si penabuh kenong tidak mengambil tempat kumpul bersama kedua rekannya penabuh, melainkan ikut di arena, walaupun tidak menari, hanya mondar-mandir, atau berjalan keliling, atau menyelinap di antara keenam penrinya, sembari memukul kenong yang diayunkan ke depan dan ke belakang. Ia pun mengenakan busana serupa dengan busana penari, hanya dengan warna lain, dan tanpa iker-iker pada ikat kepalanya.
Lagu-lagu pengiringnya dipilih yang populer di kalangan rakyat, misalnya Gandariya, Angleng, Loro-loro, Pring-Padhapring, Ijo-ijo, dan lain-lain. Terdapat kecenderungan pada reog angkatan tua, (khususnya yang ada di desa Gendhingan), untuk menggunakan irama lambat dan penuh perasaan, yang oleh angkatan mudanya agaknya kurang disukai. Mereka, angkatan muda ini, lebih senang menggunakan irama yang “hot”, sesuai dengan gejolak jiwanya yang “dinamik”. Dalam hal ini AM Munardi menuliskan tanggapannya sebagai berikut:
Legendanya tarian itu mengiring temanten. Memang peristiwa ritual kita pada masa lampau tidak terlepas dari existensi tari. Sampai sekarang Reog Kendhang (= Reog Tulungagung, S.Tm.) juga sering ditampilkan orang dalam kerangka pesta perkawinan atau khitanan.
Dalam perkembangan akhir-akhir ini kemudian dipertunjukkan dalam pawai-pawai besar untuk memeriahkan hari-hari besar nasional. Untuk kepentingan yang akhir inilah kemudian orang membuat penampilan tari Reog Kendhang identik dengan “drum-band”. Maka gerak-gerik yang semula dirasa refined dan halus, cenderung dibuat lebih keras dan cepat. Derap-derap genderang ditirukan dengan pukulan-pukulan dhogdhog. Terompet bambu-kayu semacam sroten itu pun ditiup dengan lagu-lagu baru. Akibatnya musik diatonis itu pun dipaksakan dalam nada-nada pelog pentatonis.
Dalam timbre yang tak mungkin Langkah Menjadi Arsitek berkualitas sebuah drum-band modern, maka cara seperti itu menjadi berkesan dangkal. Pada suatu kesempatan menonton pertunjukan Reog Kendhang di Desa Gendhingan, Kecamatan Kedhungwaru, Tulungagung, maka terasa benarlah bahwa proses penampilan Reog Kendhang yang pada umumnya dipopulerkan oleh para remaja itu cenderung menuju pendangkalan.
Penampilan oleh para penari golongan tua di desa tersebut terasa benar bobotnya. Geraknya yang serba tidak tergesa-gesa lebih memperjelas pola tari yang sesungguhnya cukup refined. Kekayaan pola lantainya terasa benar menyatu dengan lingkungan.
Memperbandingkan Reog Kendhang di Gendhingan ini dengan Reog Kendhang para remaja pada umumnya menjadi semakin jelas adanya keinginan untuk tampilnya garapan-garapan baru, tetapi tidak dimulai dengan pendasaran yang kokoh. Ya, kadang-kadang orang terlalu cepat mengidentikkan arti “dinamika” dengan gerak yang serba keras dan cepat.

Agenda Seni Budaya Anjungan Jawa Timur

Info Kegiatan Seni 2012


ANJUNGAN JAWA TIMUR TMII – JAKARTA

TANGGALKEGIATANDUTA SENI DAERAHKETERANGAN
18 Maret 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. PAMEKASAN
25 Maret 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. BLITAR
15 April 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. TULUNGAGUNG
22 April 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. KEDIRI
29 April 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. SIDOARJO
06 Mei 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. TUBAN
13 Mei 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKOTA BATU
20 Mei 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKOTA MOJOKERTO
27 Mei 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. SAMPANG
03 Juni 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKOTA MALANG
10 Juni 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. MAGETAN
17 Juni 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. BANGKALAN
01 Juli 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. NGANJUK
08 Juli 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. SITUBONDO
15 Juli 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. SUMENEP
02 September 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. JOMBANG
09 September 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. LAMONGAN
16 September 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. BANYUWANGI
23 September 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. TRENGGALEK
30 September 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. PACITAN
07 Oktober 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. PASURUAN
14 Oktober 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. NGAWI
21 Oktober 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. MADIUN
04 Nopember 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. BONDOWOSO
11 Nopember 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKOTA. PASURUAN
18 Nopember 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKOTA BLITAR
02 Desember 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. BOJONEGORO
09 Desember 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKOTA KEDIRI
31 Desember 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. MOJOKERTO
-


TANGGALKEGIATAN TAHUNANDUTA SENI DAERAH
23 Juni 2012PESONA BUDAYA JAWA TIMURKAB. PONOROGO
TANGGALKEGIATAN DUTA SENI
04 - 05 Juni 2012PELATIHAN TARI JAWA TIMURANGURU / PELATIH TARI DI JABODETABEK

Agenda Seni Budaya Jawa Timur

AGENDA TAMAN BUDAYA JAWA TIMUR 2012


"Agenda Pergelaran UPT Taman Budaya Jawa Timur 2012".

Januari 2012

Sabtu, 28 Januari 2012
Pergelaran Wayang Kulit
Ki Putut Puji Agus Seno (Magetan)
Lakon Banjaran Gatutkaca
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

Februari 2012

Sabtu, 4 Februari 2012
Pergelaran Teater Tradisi
Janger Sastra Dewa (Banyuwangi)
Lakon Banterang Surati
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 11 Februari 2012
Pergelaran Wayang Kulit
Ki Kunto Wibisono (Pasuruan)
Lakon Angsahe Indrajit
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

17, 18, 19 Februari 2012
Gelar Seni Budaya Daerah
Gumelar Budaya Bumi Anjuk Ladang Kabupaten Nganjuk
Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 25 Februari 2012
Pergelaran Seni Budaya
Wayang Orang Surya Ndhadari (Blitar)
Lakon Kikis Tunggorono
Pendopo Taman Krida Budaya Malang
Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang

Maret 2012

Sabtu, 10 Maret 2012
Pergelaran Wayang Kulit
Ki Lasno Pujo Karsono (Ngawi)
Lakon Sang Dewa Brata
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

16, 17, 18 Maret 2012
Gelar Seni Budaya Daerah
Kharisma Bumi Wali Kabupaten Gresik
Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 31 Maret 2012
Pergelaran Seni Budaya
Ludruk Lerok Anyar (Blitar)
Lakon Sawunggaling
Pendopo Taman Krida Budaya Malang
Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang

April 2012

Sabtu, 7 April 2012
Pergelaran Wayang Kulit
Ki Rudianto (Kota Blitar)
Lakon Parikesit Dadi Ratu
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

13, 14, 15 April 2012
Gelar Seni Budaya Daerah
Orek-orek Ngawi Ramah Kabupaten Ngawi
Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 21 April 2012
Pergelaran Periodik Teater Tradisi
Ludruk RRI Kota Surabaya
Lakon Seblak Sumilak
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 28 April 2012
Pergelaran Seni Budaya
Ludruk Mustika Jaya (Jombang)
Lakon Nguri-nguri Nemu Wadi
Pendopo Taman Krida Budaya Malang
Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang

Mei 2012

Sabtu, 5 Mei 2012
Pergelaran Wayang Kulit
Ki Mus Mujiono (Ponorogo)
Lakon Basukarno
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

11, 12, 13 Mei 2012
Gelar Seni Budaya Daerah
Semarak Bumi Blambangan Kabupaten Banyuwangi
Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 26 Mei 2012
Pergelaran Seni Budaya
Ludruk Putra Wijaya (Jombang)
Lakon Paku Wojo Tanding
Pendopo Taman Krida Budaya Malang
Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang

Juni 2012

Sabtu, 2 Juni 2012
Pergelaran Teater Tradisi
Padepokan Seni Kirun (Madiun)
Lakon Minak Jinggo Gandrung
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 9 Juni 2012
Pergelaran Wayang Kulit
Ki Blego Ardianto (Gresik)
Lakon Sesaji Sekar Tenggek Ludiro Ireng Cemani
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

15, 16, 17 Juni 2012
Gelar Seni Budaya Daerah
Bumi Khayangan Api Kabupaten Bojonegoro
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 23 Juni 2012
Pergelaran Seni Budaya
Ludruk Taruna Budaya Kota Malang
Lakon Pendekar Senteng
Pendopo Taman Krida Budaya Malang
Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang

30 Juni s.d 4 Juli 2012
Temu Karya Taman Budaya se-Indonesia
Pembukaan di Taman Candra Wilwatikta Pandaan
Pameran Seni Rupa
Taman Budaya Jawa Timur

Juli 2012

Sabtu, 7 Juli 2012
Pergelaran Seni Pergaulan Tahun 2012
Langen Tayub
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 14 Juli 2012
Pergelaran Wayang Kulit
Ki Aditya Kresna (Kota Madiun)
Lakon Wiratha Parwa
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

September 2012

Sabtu, 1 September 2012
Pergelaran Wayang Kulit
Ki Sigit Setyawan (Pacitan)
Lakon Wisanggeni Krama
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 8 September 2012
Pergelaran Teater Tradisi
Ketoprak Mastuti Budoyo (Ngawi)
Lakon Padepokan Putat Selawe
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

14, 15, 16 September 2012
Gelar Seni Budaya Daerah
Cahya Gumebyar Bumi Lawadan Kabupaten Tulungagung
Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 22 September 2012
Pergelaran Seni Budaya
Ludruk Putra Batu (Kota Batu)
Lakon Maling Caluring
Pendopo Taman Krida Budaya Malang
Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang

28, 29 September 2012
Parade Seni Teater
Taman Budaya Jawa Timur

Oktober 2012

Sabtu, 6 Oktober 2012
Pergelaran Wayang Kulit
Ki Dwi Arto Yuwono (Banyuwangi)
Lakon Bale Sigala-gala
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

12, 13, 14 Oktober 2012
Gelar Seni Budaya Daerah
Mutiara Bumi Wengker Kabupaten Ponorogo
Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 20 Oktober 2012
Pergelaran Periodik Seni Budaya
Ludruk Perdana (Pasuruan)
Lakon Wis Tibo, Ketiban Ondo
Pendopo Taman Krida Budaya Malang
Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang

November 2012

Sabtu, 3 November 2012
Pergelaran Wayang Kulit
Ki Arin Wicaksono (Mojokerto)
Lakon Tumurune Mustika Rukmi
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

9, 10, 11 November 2012
Gelar Seni Budaya Daerah
Gumregah Bumi Ronggolawe Kabupaten Tuban
Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 24 November 2012
Pergelaran Seni Budaya
Ludruk Karya Baru (Mojokerto)
Lakon Wanita Penarik Becak
Pendopo Taman Krida Budaya Malang
Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang

Desember 2012

Sabtu, 1 Desember 2012
Pergelaran Teater Tradisi
Komunitas Ketoprak THR Kota Surabaya
Lakon Jala Sutra Ontran-ontran Jenggala
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 8 Desember 2012
Pergelaran Seni Budaya
Ludruk Budi Wijaya (Jombang)
Lakon Pendekar Jati Kumara
Pendopo Taman Krida Budaya Malang
Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang

14, 15, 16 Desember 2012
Gelar Seni Budaya Daerah
Pesona Kediri Bumi Panji Kabupaten Kediri
Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 22 Desember 2012
Pergelaran Teater Tradisi
Ludruk Karya Budaya (Kota Mojokerto)
Lakon Sakera
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 29 Desember 2012
Pergelaran Seni Budaya
Ludruk Karya Damai (Kota Probolinggo)
Lakon Pa'rona
Pendopo Taman Krida Budaya Malang
Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang

Sumber :
Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
UPT Taman Budaya
Jl. Gentengkali No. 85 Surabaya
Telp/Fax 031 5342128
E-mail : tamanbudayajatim@yahoo.co.id

Acara dimulai pukul 19.00 WIB
Gratis untuk umum.

Sekilas Profil Sanggar Tari Kembang Sore

Sanggar Tari Kembang Sore Indonesia Pusat Yogyakarta

Informasi Umum Nama:Sanggar Tari Kembang Sore Indonesia Pusat YogyakartaKategori:Organisasi - Seni PertunjukanKeterangan:Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tari Kreasi Baru Kembang Sore.
Tujuan:Tari sebagai media Pendidikan Etik, Estetik, Kreatifitas, Filosofis serta aset Budaya Bangsa.Didirikan oleh Drs.Untung Muljono, M.Hum bersama ketiga rekannya pada tanggal 14 Februari 1984

Sekilas Profil Sanggar Tari Kembang Sore

Karya Kembang Sore:
1. 163 tari kreasi Untung Muljono dan Reki Lestari
2. 27 album Kembang Sore
3. 4 keping VCD Kembang Sore dengan 27 tari
4. 16 gendhing dalam 2 album

Album Tari Terbaru berjudul "TARI SURAMADU" produksi Kusuma Recording.
pimpinan : Drs.Untung Muljono, M.Hum
penata tari : Drs.Untung Muljono, M.Hum
swarawati : Yuliati, Reki, Indhi, Tika
isi album :
1. Tari SURAMADU ( Untung M - Siwi )
2. Tari DELIMA ( Untung M - Dila )
3. Tari TALEDHOK ( Untung M - Yuliati )
4. Tari KENJERAN ( Untung M - Siwi )
5. Tari HOLIYALIYO ( Untung M - Siwi )
6. Tari LALITA ( Untung M - Yuliati )
7. Tari KUTHUK ( Untung M - Uli )
8. Tari TOMBLOK ( Untung M - Didik )



Adapun Tari Terbaru yang baru saja disampaikan dalam acara rutin kursus kepelatihan di Sangggar TARI KEMBANG SORE Pusat Yogyakarta adalah sebagai berikut:
1. Tari KUTHUK
2. Tari TALEDHOK
3. Tari HOLIYALIYO

Kembang Sore Indonesia Pusat selalu bersedia menampung segala bentuk kritik dan saran guna kemajuan bersama.
Kembang Sore Indonesia Pusat Terbuka!!!Jenis Privasi:Terbuka: Semua isi dapat dibaca umum.
Informasi Kontak

Email:stks.pusat@yahoo.com
Kantor:Sorogenen II RT 02 RW 01 Purwomartani, Kalasan
Lokasi:Jl. Solo Km.10, Sleman, Indonesia 55571 Telp. (0274) 497395

Berita Terkini

Berita:Album terbaru telah diluncurkan kepasaran.
Semoga dapat diterima seperti album-album sebelumnya.