Minggu, 04 November 2018

Pengertian Hasta Sawanda


Tari Klasik Gaya Surakarta
Pengertian Hasta Sawanda

Konsep Materi  normatif  dalam  tari  klasik  gaya  Surakarta  yang  telah  dijelaskan  oleh  S. Ngalimankepada Supriyadi Hasto Nugroho, merupakan isi dari delapanmacam pengertian dasar yang terangkumdi dalam Hasta Sawanda. Kedelapan ketentuandasar tersebut adalah: pacak, pancat, lulut, wiled, luwes, ulat, irama, dan gendhing. Adapun isi dari Hasta Sawanda 
adalah:

1. Pacak

Adalah   suatu  standarisasi   atau  pathokan   yang  harus  diterapkan   dan  ditaati   dalam melakukan setiap gerak tari. Adapun pathokan ini terdiri dari: badan tegak, dhadha ndegeg, pundhak leleh, kaki mendhak, leher lurus. Telapak kaki malang, jari kaki nylekenthing,dan pandangan jatmika. Sungguhpun pacak nampak lebih lazim diterapkan sebagai ketentuan normatif (tata aturan) di dalam melakukangerak secara teknis, namun kiranya di dalam tata susunan  tari istilah pacak inibisa dipakai untuk menyebut  ketentuan-ketentuan  normatif yang harus ditaati di dalam mengadakan penyusunan tari.

2. Pancat

Merupakan pola kesinambungan motifgerak di dalam suatu bentuk tari. Di dalam bentuk tari Jawa, maka antara motif gerak tari yang satu dengan motif gerak tari berikutnya harus terangkai melalui suatu gerak penghubung yang selaras.

3. Lulut

Adalah sifat dari gerak tari, rangkaian gerak tari selalu mengalir atau dalam istilah mbanyu mili. Seperti pada umumnya tari putri, bahwa penari dalam melakukan setiap gerak jangan sampai gerak itu terputusatau berhenti. Tentunyahal ini hanyaakan bisa dicapaiapabila cara  melakukannya  (pola  kesinambungan  motif-motif  gerak  melalui  sendi)  senantiasa tampak sempurna.

4. Wiled

Adalah gaya individual dari penari yang ditetapkan dalam melakukan gerak tari. Bagian ini bisa merupakanpathokan yang tidak baku, yang disebabkan bentuk tubuh penari berlainan. Maksud dari pathokan tidak baku ini adalah untuk menutupi kelemahanpada bentuk tubuh penari, sehinggadalam melakukan setiap gerak tari tetap resik.

5. Luwes


Adalah  sifat  yang  tampak  selaras  dan  harmonis  yang  muncul  dari  para  penari  dalam melakukan   dan   menghayati   suatu   tari.   Pada   bagian   ini   merupakan   sesuatu   yang berhubungan dengan kemampuan seorang penari yang dapat dilakukan sesuai dengan pengalamannya.  Di dalam hubungannya  dengan tata susunan tari tradisional Jawa,maka sifat luwes ini juga menentukan keindahan dari koreografinya.

6. Ulat
Pengertiannya adalah pada ekspresi muka. Hal ini dilakukan penari dengan menyesuaikan karakter tari yang dibawakan.

7. Irama

Adalah ketukan-ketukan  tertentu yang mengatur  kecepatan  dan tekanandari suatu gerak tari. Di dalamtari klasik gaya Surakarta terdapat empat macam bentuk irama gerak, yakni: ganggeng  kanyut,  banyak slulup,prenjak tinaji, dan kebo manggah.  Adapun  penjelasan dari  keempat  macam  bentuk  irama  tersebut  adalah:  (a).  ganggeng  kanyut,  untuk  irama gerak tari luruh dan tari Bedhaya serta Srimpi, secara prinsip dalam hal ini setiap bentuk motif gerak tariharus dilakukan dengan sedikit membelakangi pukulanatau balungan pada akhirgatra dari suatu gendhingpengiringnya.  ; (b). banyak slulup, digunakan  pada tari gagah dugangan, dalam hal ini setiapdari suatu bentuk motif gerak tari harus diilakukan dengan sedikit  mendahului  balungan  pada akhir gatra dari gendhingpengiringnya.;  (c). prenjak tinaji, digunakan  untuk tari halus yang bersifat  dinamis (lanyap),  dalam hal ini setiapakhir suatu bentukmotif gerak tari halus dilakukantepat balungan pada akhir gatra dari   gending   pengiringnya.;   (d).   kebo   manggah,   digunakan   untuk   karakter   raksasa (denowo), secara prinsip dalam irama ini, setiap akhir dari suatu bentuk motif gerak tari senantiasa harus dilakukan tepat balungan pada akhir gatra dari gending pengiringnya.

8. Gending

Maksudnya  bahwa  seorang  penari  senantiasa  harus  mengerti  tentang  gending.  Yaitu mengerti  tentang  karakter  gending  serta  mengerti  pulajatuhnya  pemangku  irama  dalam suatubentuk gending tertentu(Nugroho, 1992: 50-52).

1 komentar: