This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 27 Desember 2018

Tari berdasarkan Jenisnya


Tari Kreasi Baru Tidak Berpolakan Tradisi (Non Tradisi) ---Tari Kreasi yang garapannya melepaskan diri dari pola-pola tradisi baik dalam hal koreografi, musik, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya. Walaupun tarian ini tidak menggunakan pola-pola tradisi, tidak berarti sama sekali tidak menggunakan unsur-unsur tari tradisi, mungkin saja masih menggunakannya tergantung pada konsep gagasan penggarapnya. Tarian ini disebut juga tari modern, yang istilahnya berasal dari kata Latin “modo” yang berarti baru saja.
Skema tari berdasarkan Jenisnya

Tari berdasarkan Jenisnya
a.   Tari Prmitif
Tari primitif adalah tari yang berkembang di lingkungan masyarakat yang masih menganut aliran kepercayaan animisme dan dinamisme. Tari primitif umumnya mengekspresikan wujud kehendak dan berupa upacara atau ritual dengan tujuan tertentu. Contoh : Tari Bailita (Papua), Tari DayangModan (Kalimantan)
Ciri-ciritariprimitif :
-          Gerak dan iringan sederhana, berupa hentakan kaki, tepukan tangan atau simbol suara atau hanya sekedar gerak sesuai dengan kehendak.
-          Gerak dilakukan untuk tujuan tertentu misalnya, pesta kelahiran, perkawinan, panen, dan lain sebagainya.
-          Instrumen musik sederhana berasalakan dari alam sekitar.
-          Tata rias dan busana sangat sederhana hasil dari alam sekitar.
-          Bisanya bersifat sakral, karena biasanya berupa ritual atau upacara keagamaan.

b.   Tari Tradisional
Tari tradisional adalah tarian yang sudah memiliki nilai, norma dan aturan tertentu sesuai dengan kepribadian daerah masing-masing sebagai ciri yang khas daerah tersebut. Disebut tari tradisional karena tari ini berkembang secara tradisi atau diwariskan secaraturun temurun. Pada umumnya tari tradisional berfungsi sebagai ritual, upacara, dan hiburan. Tari tradisional dibagi kembali menjadi dua yaitu tari klasik dan tari rakyat.
Tari klasik adalah tari yang mengalami kristalisasi keindahan yang tinggi dan sudah ada sejak jaman feudal. Tari ini biasanya hidup dilikgkungan keraton. Ciri-ciri tari klasik adalah memiliki nilai estetis yang tinggi biasanya bersifat agung dan mewah, hidup dikalangan raja-raja atau keraton, memiliki standarisasi, norma dan aturan yang jelas atau sering disebut pakem. Contoh : tari bedhaya, serimpi, lawung, dsb.
Tari rakyat adalah tari yang hidup dan berkembang pada masyarakat tertentu sejak jaman primitif sampai sekarang.Ciri-ciritari rakyat adalah memiliki rasa kebersamaan yang kuat, sederhana, memiliki kekuatan-kekuatan tertentu yang dipercaya masyarakat, nilai estetis yang dicapai tidak begitu tinggi. Contoh : tari jaran kepang, lengger, dolalak, angguk, topeng irang, dsb.
Ciri-ciri:
-          Pewarisanbudaya
-          Turun-temurun
-          Memilikikhas di setiapdaerahnya (kedaerahan)

c.    Tari KreasiBaru
Tari kreasi baru Merupakan tarian yang lepas dari standar tari yang baku. Dirancang menurut kreasi penata tari sesuai dengan situasi kondisi dengan tetap memelihara nilai artistiknya. Tari kreasi baik sebagai penampilan utama maupun sebagai tarian latar hingga kini terus berkembang dengan iringan musik yang bervariasi, sehingga muncul istilah tari modern. .Pada garis besarnya tari kreasi dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
Tari Kreasi Baru Berpolakan TradisiYaitu tari kreasi yang garapannya dilandasi oleh kaidah-kaidah tari tradisi, baik dalam koreografi, musik/karawitan, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya. Walaupun ada pengembangan tidak menghilangkan esensiketradisiannya.

Kamis, 20 Desember 2018

Latar Belakang Karawitan Banyuwangi dan Karawitan Sunda

Latar Belakang Karawitan Banyuwangi dan Karawitan Sunda

Latar Belakang Karawitan Banyuwangi dan Karawitan Sunda

Kesenian - Latar Belakang Karawitan Banyuwangi dan Karawitan Sunda-Karawitan Banyuwangi dan karawitan Sunda mempunyai latar belakang kehidupan budaya agraris yang kuat. Letaknya yang berdekatan dengan Bali dan hanya dipisahkan dengan selat kecil, sehingga pengaruh kesenian Bali tidak dapat dielakan. Bahkan menurut sejarahnya Banyuwangi pernah menjadi bagian dari kerajaan di Bali.

Bambu merupakan bahan baku pembuatan alat musik tradisional di daerah Banyuwangi dengan orkestrasi antara lain seruling dan angklung. Selanjutnya dari alat musik angklung yang berlaraskan slendro dan kenong kempul musik kolotomik yang sudah lebih dahulu ada mengadopsi baik instrumen, vokal maupun tehnik permainannya dari karawitan Bali maupun Jawa. 

Hal ini juga terjadi pada karawitan Sunda (gamelan Degung), alat musik dari bambu yakni seruling.  Khususnya karawitan Jawa tidak tampak menonjol pengaruhnya dalam instrumen vokal dan tehnik permainannya, kecuali pada penyebutan alat musik dan syairnya.  

Kebudayaan barat dimasa penjajahan Bisnis Rental Mobil Online oleh Belanda juga amat dirasakan pengaruhnya pada karawitan Banyuwangi hal ini terbukti dengan adanya “biola” masuk dalam ansambelnya. Demikian pula pengaruh Cina yakni alat musik “triangel” atau disebut kluncing atau ining-inging.

Karawitan Banyuwangi yang berlaraskan slendro dengan alat yang terdiri dari: 2 demung, 2 slenthem, 4 saron, 2 peking, 2 kendang, kenong telok, kempul gong, 2 angklung, biola dan triangel itu pada umumnya berfungsi membantu penyajian lagu-lagu tradisional. 

Sedangkan sebagai pemangku tari hanya pada jenis tari kreasi baru yang bersumber dari tradisi. Sedangkan karawitan Sunda yang berlaraskan pelogterdiri dari: 1 saron penerus, 1 cempres (jw: peking), 1 set bonang, 1 set jengglong (jawa: kempul), 1 set kendang, 1 seruling, 1 rebab, 1 kecrek dan goong.  


Bertolak dari hal tersebut diatas, tidaklah mudah mempelajari karawitan Banyuwangi maupun karawitan Sunda dengan harus mempelajari karakter, bentuk serta pola tabuhan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu perlu pemecahan guna mendapat solusi agar tidak terjadi hambatan, kejenuhan dan keengganan mengikuti proses belajar bahkan mengabaikan.

Adapun solusi yang penulis tawarkan guna tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien adalah dengan metode pengamatan dan imitasi. Metode pengamatan, mahasiswa akan mendapatkan penjelasan perihal latar belakang budaya, jenis-jenis alat, tehnik pukulan serta istilah-istilah musik, lagu/syair dan permainanya disertai pemutaran VCD. Sedangkan metode imitasi adalah pola menirukan tehnik suara maupun tehnik pukulan baik dari pelau seni maupun dari contoh VCD.

Akhirnya dengan metode ini yang diharapkan tidak akan terjadi cara belajar seperti yang dikawatirkan bahkan sebaliknya akan tercipta suasana kondosif penuh semangat yang muaranya dengan hasil memuaskan.

Ketrung Tidak Hanya Tontonan tapi juga Tuntunan

Ketrung Tidak Hanya Tontonan tapi juga Tuntunan

Ketrung Tidak Hanya Tontonan tapi juga Tuntunan

Kesenian - Banyak di antara kita yang tidak lagi mengenal Kentrung, salah satu kesenian yang dimainkan oleh sebuah grup dengan seperangkat alat musik yang terdiri dari kendang, ketipung dan jidor. Kentrung adalah salah satu kesenian bertutur, seperti layaknya wayang kulit. Hanya saja Kentrung tidak disertai adegan wayang. Sepanjang pementasanya Kentrung hanya diisi oleh seorang dalang yang merangkap sebagai penabuh gendang dan ditemani olehpenyenggak yang menabuh rebana (jidor). Dulu Kentrung banyak dipentaskan pada berbagai hajatan masyarakat seperti syukuran kelahiran anak, khitanan, pitonan, maupun mudun lemah.
Kentrung sarat akan nilai-nilai dakwah. Materi lakon-nya pada umumnya menceritakan tentang ketauladanan zaman Khalifah Empat, Wali Songo dan zaman Mataram Islam. Ada juga yang terkait dengan sejarah di Pulau Jawa yang banyak dipengaruhi oleh Hindu dan Budha. Di antara lakon-lakonnya yang populer adalah Nabi yusuf, Syeh Subakir, Amad Muhammad, Kiai Dullah, Amir Magang, Sabar-Subur, Marmaya Ngentrung, Sunan Kalijaga, Ajisaka danBabad Tanah Jawa. Selain itu kerap juga membabarkan mengenai nilai-nilai tasawuf dengan mengupas berbagai topik seperti Purwaning Dumadi, Keutaman, Kasampurnan Urip, dan Sangkan Paraning Dumadi. Kentrung juga sarat dengan pesan-pesan moral yang tercermin pada tembang-tembang Kentrung, diantaranya Kembang-KembanganKembang Terong Abang Biru Moblong-Moblong, dan Sak Iki Wis Bebas Ngomong, Ojo Clemang-Clemong (bunga terong berwarna merah biru mencorong, sekarang ini sudah bebas berbicara, tetapi jangan celometan).
Prof. Dr. Suripan Sudi Hutomo dalam bukunya Kentrung mengatakan kesenian ini berkembang pada abad XVI di Kediri, Blitar, Tulungagung, Tuban dan Ponorogo. Versi awal kesenian ini cukup beragam. Ada yang menyebut Kentrung sebagai kesenian asli bangsa Indonesia. Namun versi lain mengatakan Kentrung berasal dari jazirah Arab, Persia, dan India. Yang pasti, sebagai sarana dakwah, pada masa kejayaannya Kentrung diminati masyarakat. Kentrung mencapai zaman keemasannya pada tahun 1970-an hingga 1980-an. Selama dua dasawarsa itu hampir seluruh masyarakat yang berpesta mengudang Kentrung. Di awal 90-an, ketika televisi makin murah dan layar tancap menawarkan altenatif hiburan yang praktis, Kentrung mulai terseok.

Ketrung Tidak Hanya Tontonan tapi juga Tuntunan

Dari catatan Seksi Kebudayaan Diknas Tulungagung pada tahun 70-an hampir setiap desa di Tulungagung memiliki kelompok Kentrung. Namun saat ini hanya tinggal 1 saja yang masih bertahan. Diknas Tulungagung pernah menyarankan agar kelompok-kelompok Kentrung tidak terpaku pada pakem, tapi menampilkan inovasi baru. Misal, mencampur dengan teknik penampilan kesenian lain, kalau perlu mengambil metode campursari. Lenyapnya apresiasi masyarakat, dan menyusutnya komunitas seniman Kentrung, juga mengakibatkan tidak terjadinya regenerasi dan pewarisan. Serbuan kesenian modern seperti layar tancap, dangdut, atau memutar VCD menjadi penyebab utama hilangnya Kentrung di tengah masyarakat. Kentrung tidak sendiri. Kesenian tradisional lainnya; Ketoprak, Ludruk, Langen Tayub, Jaranan, dan Jathilan, juga mengalami nasib serupa. Namun khusus untuk Kentrung, jalan menuju kematiannya lebih disebabkan oleh sikap masyarakatnya yang lebih suka menjadikan kesenian sebagai tontonan, bukan tuntunan. Jadi, tidak aneh jika perilaku masyarakat sekarang juga berubah karena kesenian tidak lagi berisi tuntunan-tuntunan.
Meskipun sekarang ini Kentrung mulai meredup, beberapa seniman muda mulai menggeluti Kentrung dengan mengembangkan inovasi-inovasi baru seperti menggabungkanya dengan lawakan dan ludruk. Suatu usaha dari seniman muda yang patut mendapat dukungan dan apresiasi dalam melestarikan Kentrung.

Senin, 17 Desember 2018

Reog Kendang Seni Budaya Khas Tulungagung

Reog Kendang Seni Budaya Khas Tulungagung

Reog Tulungagung merupakan gubahan tari rakyat, menggambarkan arak-arakan prajurit Kedhirilaya tatkala mengiringi pengantin “Ratu Kilisuci“ ke Gunung Kelud, untuk menyaksikan dari dekat hasil pekerjaan Jathasura, sudahkah memenuhi persyaratan pasang-girinya atau belum. Dalam gubahan Tari Reog ini barisan prajurit yang berarak diwakili oleh enam orang penari.
Yang ingin dikisahkan dalam tarian tersebut ialah, betapa sulit perjalanan yang harus mereka tempuh, betapa berat beban perbekalan yang mereka bawa, sampai terbungkuk-bungkuk, terseok-seok, menuruni lembah-lembah yang curam, menaiki gunung-gunung, bagaimana mereka mengelilingi kawah seraya melihat melongok-longok ke dalam, kepanikan mereka, ketika “Sang Puteri“ terjatuh masuk kawah, disusul kemudian dengan pelemparan batu dan tanah yang mengurug kawah tersebut, sehingga Jathasura yang terjun menolong “Sang Puteri“ tewas terkubur dalam kawah, akhirnya kegembiraan oleh kemenangan yang mereka capai.
Semua adegan itu mereka lakukan melalui simbol-simbol gerak tari yang ekspresif mempesona, yang banyak menggunakan langkah-langkah kaki yang serempak dalam berbagai variasi, gerakan-gerakan lambung badan, pundak, leher dan kepala, disertai mimik yang serius, sedang kedua tangannya sibuk mengerjakan dhogdhog atau tamtam yang mereka gendong dengan mengikatnya dengan sampur yang menyilang melalui pundak kanan. Tangan kiri menahan dhogdhog, tangan kanannya memukul-mukul dhogdhog tersebut membuat irama yang dikehendaki, meningkahi gerak tari dalam tempo kadang-kadang cepat, kadang-kadang lambat. Demikian kaya simbol-simbol yang mereka ungkapkan lewat tari mereka yang penuh dengan ragam variasi, dalam iringan gamelan yang monoton magis, dengan lengkingan selompretnya yang membawakan melodi terus-menerus tanpa putus, benar-benar memukau penonton, seakan-akan berada di bawah hipnose.

Busana penari adalah busana keprajuritan menurut fantasi mereka dari unit reog yang bersangkutan. Di Tulungagung dan sekitar, bahkan sampai di luar daerah Kabupaten Tulungagung, sekarang sudah banyak bersebaran unit-unit reog sejenis, dan mereka memiliki seleranya masing-masing dalam memilih warna. Unit-unit yang terdiri dari golongan muda usia, biasanya memilih warna yang menyala, merah misalnya.
Sebuah unit reog dari desa Gendhingan, Kecamatan Kedhungwaru, Kabupaten Tulungagung, beranggotakan orang-orang dewasa, bahkan tua-tua. Mungkin karena kedewasaannya itu mereka sengaja memilih warna hitam sebagai latar dasar busananya, sedang atribut-atributnya berwarna cerah. Busana itu terdiri atas:
  1. Baju berlengan panjang, bagian belakang kowakan untuk keris. Sepanjang lengan baju diberi berseret merah atau kuning, juga di pergelangan.
  2. Celana hitam, sempit, sampai di bawah lutut. Di samping juga diberi berseret merah memanjang dari atas ke bawah.
  3. Kain batik panjang melilit di pinggang, bagian depan menjulai ke bawah. Sebagai ikat pinggang digunakan setagen, kemudian dihias dengan sampur berwarna.
  4. Ikat kepala berwarna hitam juga, diberi iker-iker (pinggiran topi) tetapi berbentuk silinder panjang bergaris tengah 3 cm, dililitkan melingkari kepala. Warnanya merah dan putih.
  5. Atribut-atribut yang dipakai:
    • kacamata gelap atau terang;
    • sumping di telinga kanan dan kiri;
    • epolet di atas pundak, dengan diberi hiasan rumbai-rumbai dari benang perak;
    • sampur untuk selendang guna menggendong dhogdhog;
    • kaos kaki panjang.
Reog Kendang Seni Budaya Khas Tulungagung
Busana yang dikenakan oleh unit reog dari golongan muda usia, tidak jauh berbeda, hanya warna mereka pilih yang menyala, disamping hiasan-hiasan lain yang dianggap perlu untuk “memperindah“ penampilan, misalnya rumbai-rumbai yang dipasang melingkar pada iker-iker. Dalam pada itu pada kaki kiri dipasang gongseng, yaitu gelang kaki yang bergiring-giring. Tentang gamelan yang mengiringi dapat dituturkan sebagai berikut. Keenam instrumen dhogdhog, sebangsa kendhang atau ketipung, tetapi kulitnya hanya sebelah, yang ditabuh oleh penarinya sendiri, terbagi menurut fungsinya: dhogdhog kerep, dhogdhog arang, timbang-timbangan atau imbalan, keplak, trentheng dan sebuah lagi dipukul dengan tongkat kecil disebut trunthong. Di luar formasi ini ditambah dengan tiga orang pemain tambahan sebagai pemukul kenong, pemukul kempul, dan peniup selompret. Kenong dan kempul secara bergantian menciptakan kejelasan ritma, dan selompret membuat melodi lagu-lagu yang memperjelas pergantian-pergantian ragam gerak.
Berbeda dengan Reog Tulunggung yang ada di desa Gendhingan, pada reog sejenis di desa Ngulanwentah, Kabupaten Trenggalek, si penabuh kenong tidak mengambil tempat kumpul bersama kedua rekannya penabuh, melainkan ikut di arena, walaupun tidak menari, hanya mondar-mandir, atau berjalan keliling, atau menyelinap di antara keenam penrinya, sembari memukul kenong yang diayunkan ke depan dan ke belakang. Ia pun mengenakan busana serupa dengan busana penari, hanya dengan warna lain, dan tanpa iker-iker pada ikat kepalanya.
Lagu-lagu pengiringnya dipilih yang populer di kalangan rakyat, misalnya Gandariya, Angleng, Loro-loro, Pring-Padhapring, Ijo-ijo, dan lain-lain. Terdapat kecenderungan pada reog angkatan tua, (khususnya yang ada di desa Gendhingan), untuk menggunakan irama lambat dan penuh perasaan, yang oleh angkatan mudanya agaknya kurang disukai. Mereka, angkatan muda ini, lebih senang menggunakan irama yang “hot”, sesuai dengan gejolak jiwanya yang “dinamik”. Dalam hal ini AM Munardi menuliskan tanggapannya sebagai berikut:
Legendanya tarian itu mengiring temanten. Memang peristiwa ritual kita pada masa lampau tidak terlepas dari existensi tari. Sampai sekarang Reog Kendhang (= Reog Tulungagung, S.Tm.) juga sering ditampilkan orang dalam kerangka pesta perkawinan atau khitanan.
Dalam perkembangan akhir-akhir ini kemudian dipertunjukkan dalam pawai-pawai besar untuk memeriahkan hari-hari besar nasional. Untuk kepentingan yang akhir inilah kemudian orang membuat penampilan tari Reog Kendhang identik dengan “drum-band”. Maka gerak-gerik yang semula dirasa refined dan halus, cenderung dibuat lebih keras dan cepat. Derap-derap genderang ditirukan dengan pukulan-pukulan dhogdhog. Terompet bambu-kayu semacam sroten itu pun ditiup dengan lagu-lagu baru. Akibatnya musik diatonis itu pun dipaksakan dalam nada-nada pelog pentatonis.
Dalam timbre yang tak mungkin Langkah Menjadi Arsitek berkualitas sebuah drum-band modern, maka cara seperti itu menjadi berkesan dangkal. Pada suatu kesempatan menonton pertunjukan Reog Kendhang di Desa Gendhingan, Kecamatan Kedhungwaru, Tulungagung, maka terasa benarlah bahwa proses penampilan Reog Kendhang yang pada umumnya dipopulerkan oleh para remaja itu cenderung menuju pendangkalan.
Penampilan oleh para penari golongan tua di desa tersebut terasa benar bobotnya. Geraknya yang serba tidak tergesa-gesa lebih memperjelas pola tari yang sesungguhnya cukup refined. Kekayaan pola lantainya terasa benar menyatu dengan lingkungan.
Memperbandingkan Reog Kendhang di Gendhingan ini dengan Reog Kendhang para remaja pada umumnya menjadi semakin jelas adanya keinginan untuk tampilnya garapan-garapan baru, tetapi tidak dimulai dengan pendasaran yang kokoh. Ya, kadang-kadang orang terlalu cepat mengidentikkan arti “dinamika” dengan gerak yang serba keras dan cepat.

Agenda Seni Budaya Anjungan Jawa Timur

Info Kegiatan Seni 2012


ANJUNGAN JAWA TIMUR TMII – JAKARTA

TANGGALKEGIATANDUTA SENI DAERAHKETERANGAN
18 Maret 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. PAMEKASAN
25 Maret 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. BLITAR
15 April 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. TULUNGAGUNG
22 April 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. KEDIRI
29 April 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. SIDOARJO
06 Mei 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. TUBAN
13 Mei 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKOTA BATU
20 Mei 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKOTA MOJOKERTO
27 Mei 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. SAMPANG
03 Juni 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKOTA MALANG
10 Juni 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. MAGETAN
17 Juni 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. BANGKALAN
01 Juli 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. NGANJUK
08 Juli 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. SITUBONDO
15 Juli 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. SUMENEP
02 September 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. JOMBANG
09 September 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. LAMONGAN
16 September 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. BANYUWANGI
23 September 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. TRENGGALEK
30 September 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. PACITAN
07 Oktober 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. PASURUAN
14 Oktober 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. NGAWI
21 Oktober 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. MADIUN
04 Nopember 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. BONDOWOSO
11 Nopember 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKOTA. PASURUAN
18 Nopember 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKOTA BLITAR
02 Desember 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. BOJONEGORO
09 Desember 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKOTA KEDIRI
31 Desember 2012PAGELARAN KESENIAN DAERAHKAB. MOJOKERTO
-


TANGGALKEGIATAN TAHUNANDUTA SENI DAERAH
23 Juni 2012PESONA BUDAYA JAWA TIMURKAB. PONOROGO
TANGGALKEGIATAN DUTA SENI
04 - 05 Juni 2012PELATIHAN TARI JAWA TIMURANGURU / PELATIH TARI DI JABODETABEK

Agenda Seni Budaya Jawa Timur

AGENDA TAMAN BUDAYA JAWA TIMUR 2012


"Agenda Pergelaran UPT Taman Budaya Jawa Timur 2012".

Januari 2012

Sabtu, 28 Januari 2012
Pergelaran Wayang Kulit
Ki Putut Puji Agus Seno (Magetan)
Lakon Banjaran Gatutkaca
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

Februari 2012

Sabtu, 4 Februari 2012
Pergelaran Teater Tradisi
Janger Sastra Dewa (Banyuwangi)
Lakon Banterang Surati
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 11 Februari 2012
Pergelaran Wayang Kulit
Ki Kunto Wibisono (Pasuruan)
Lakon Angsahe Indrajit
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

17, 18, 19 Februari 2012
Gelar Seni Budaya Daerah
Gumelar Budaya Bumi Anjuk Ladang Kabupaten Nganjuk
Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 25 Februari 2012
Pergelaran Seni Budaya
Wayang Orang Surya Ndhadari (Blitar)
Lakon Kikis Tunggorono
Pendopo Taman Krida Budaya Malang
Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang

Maret 2012

Sabtu, 10 Maret 2012
Pergelaran Wayang Kulit
Ki Lasno Pujo Karsono (Ngawi)
Lakon Sang Dewa Brata
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

16, 17, 18 Maret 2012
Gelar Seni Budaya Daerah
Kharisma Bumi Wali Kabupaten Gresik
Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 31 Maret 2012
Pergelaran Seni Budaya
Ludruk Lerok Anyar (Blitar)
Lakon Sawunggaling
Pendopo Taman Krida Budaya Malang
Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang

April 2012

Sabtu, 7 April 2012
Pergelaran Wayang Kulit
Ki Rudianto (Kota Blitar)
Lakon Parikesit Dadi Ratu
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

13, 14, 15 April 2012
Gelar Seni Budaya Daerah
Orek-orek Ngawi Ramah Kabupaten Ngawi
Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 21 April 2012
Pergelaran Periodik Teater Tradisi
Ludruk RRI Kota Surabaya
Lakon Seblak Sumilak
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 28 April 2012
Pergelaran Seni Budaya
Ludruk Mustika Jaya (Jombang)
Lakon Nguri-nguri Nemu Wadi
Pendopo Taman Krida Budaya Malang
Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang

Mei 2012

Sabtu, 5 Mei 2012
Pergelaran Wayang Kulit
Ki Mus Mujiono (Ponorogo)
Lakon Basukarno
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

11, 12, 13 Mei 2012
Gelar Seni Budaya Daerah
Semarak Bumi Blambangan Kabupaten Banyuwangi
Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 26 Mei 2012
Pergelaran Seni Budaya
Ludruk Putra Wijaya (Jombang)
Lakon Paku Wojo Tanding
Pendopo Taman Krida Budaya Malang
Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang

Juni 2012

Sabtu, 2 Juni 2012
Pergelaran Teater Tradisi
Padepokan Seni Kirun (Madiun)
Lakon Minak Jinggo Gandrung
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 9 Juni 2012
Pergelaran Wayang Kulit
Ki Blego Ardianto (Gresik)
Lakon Sesaji Sekar Tenggek Ludiro Ireng Cemani
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

15, 16, 17 Juni 2012
Gelar Seni Budaya Daerah
Bumi Khayangan Api Kabupaten Bojonegoro
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 23 Juni 2012
Pergelaran Seni Budaya
Ludruk Taruna Budaya Kota Malang
Lakon Pendekar Senteng
Pendopo Taman Krida Budaya Malang
Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang

30 Juni s.d 4 Juli 2012
Temu Karya Taman Budaya se-Indonesia
Pembukaan di Taman Candra Wilwatikta Pandaan
Pameran Seni Rupa
Taman Budaya Jawa Timur

Juli 2012

Sabtu, 7 Juli 2012
Pergelaran Seni Pergaulan Tahun 2012
Langen Tayub
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 14 Juli 2012
Pergelaran Wayang Kulit
Ki Aditya Kresna (Kota Madiun)
Lakon Wiratha Parwa
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

September 2012

Sabtu, 1 September 2012
Pergelaran Wayang Kulit
Ki Sigit Setyawan (Pacitan)
Lakon Wisanggeni Krama
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 8 September 2012
Pergelaran Teater Tradisi
Ketoprak Mastuti Budoyo (Ngawi)
Lakon Padepokan Putat Selawe
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

14, 15, 16 September 2012
Gelar Seni Budaya Daerah
Cahya Gumebyar Bumi Lawadan Kabupaten Tulungagung
Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 22 September 2012
Pergelaran Seni Budaya
Ludruk Putra Batu (Kota Batu)
Lakon Maling Caluring
Pendopo Taman Krida Budaya Malang
Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang

28, 29 September 2012
Parade Seni Teater
Taman Budaya Jawa Timur

Oktober 2012

Sabtu, 6 Oktober 2012
Pergelaran Wayang Kulit
Ki Dwi Arto Yuwono (Banyuwangi)
Lakon Bale Sigala-gala
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

12, 13, 14 Oktober 2012
Gelar Seni Budaya Daerah
Mutiara Bumi Wengker Kabupaten Ponorogo
Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 20 Oktober 2012
Pergelaran Periodik Seni Budaya
Ludruk Perdana (Pasuruan)
Lakon Wis Tibo, Ketiban Ondo
Pendopo Taman Krida Budaya Malang
Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang

November 2012

Sabtu, 3 November 2012
Pergelaran Wayang Kulit
Ki Arin Wicaksono (Mojokerto)
Lakon Tumurune Mustika Rukmi
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

9, 10, 11 November 2012
Gelar Seni Budaya Daerah
Gumregah Bumi Ronggolawe Kabupaten Tuban
Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 24 November 2012
Pergelaran Seni Budaya
Ludruk Karya Baru (Mojokerto)
Lakon Wanita Penarik Becak
Pendopo Taman Krida Budaya Malang
Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang

Desember 2012

Sabtu, 1 Desember 2012
Pergelaran Teater Tradisi
Komunitas Ketoprak THR Kota Surabaya
Lakon Jala Sutra Ontran-ontran Jenggala
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 8 Desember 2012
Pergelaran Seni Budaya
Ludruk Budi Wijaya (Jombang)
Lakon Pendekar Jati Kumara
Pendopo Taman Krida Budaya Malang
Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang

14, 15, 16 Desember 2012
Gelar Seni Budaya Daerah
Pesona Kediri Bumi Panji Kabupaten Kediri
Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 22 Desember 2012
Pergelaran Teater Tradisi
Ludruk Karya Budaya (Kota Mojokerto)
Lakon Sakera
Pendopo Taman Budaya Jawa Timur

Sabtu, 29 Desember 2012
Pergelaran Seni Budaya
Ludruk Karya Damai (Kota Probolinggo)
Lakon Pa'rona
Pendopo Taman Krida Budaya Malang
Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang

Sumber :
Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
UPT Taman Budaya
Jl. Gentengkali No. 85 Surabaya
Telp/Fax 031 5342128
E-mail : tamanbudayajatim@yahoo.co.id

Acara dimulai pukul 19.00 WIB
Gratis untuk umum.

Sekilas Profil Sanggar Tari Kembang Sore

Sanggar Tari Kembang Sore Indonesia Pusat Yogyakarta

Informasi Umum Nama:Sanggar Tari Kembang Sore Indonesia Pusat YogyakartaKategori:Organisasi - Seni PertunjukanKeterangan:Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tari Kreasi Baru Kembang Sore.
Tujuan:Tari sebagai media Pendidikan Etik, Estetik, Kreatifitas, Filosofis serta aset Budaya Bangsa.Didirikan oleh Drs.Untung Muljono, M.Hum bersama ketiga rekannya pada tanggal 14 Februari 1984

Sekilas Profil Sanggar Tari Kembang Sore

Karya Kembang Sore:
1. 163 tari kreasi Untung Muljono dan Reki Lestari
2. 27 album Kembang Sore
3. 4 keping VCD Kembang Sore dengan 27 tari
4. 16 gendhing dalam 2 album

Album Tari Terbaru berjudul "TARI SURAMADU" produksi Kusuma Recording.
pimpinan : Drs.Untung Muljono, M.Hum
penata tari : Drs.Untung Muljono, M.Hum
swarawati : Yuliati, Reki, Indhi, Tika
isi album :
1. Tari SURAMADU ( Untung M - Siwi )
2. Tari DELIMA ( Untung M - Dila )
3. Tari TALEDHOK ( Untung M - Yuliati )
4. Tari KENJERAN ( Untung M - Siwi )
5. Tari HOLIYALIYO ( Untung M - Siwi )
6. Tari LALITA ( Untung M - Yuliati )
7. Tari KUTHUK ( Untung M - Uli )
8. Tari TOMBLOK ( Untung M - Didik )



Adapun Tari Terbaru yang baru saja disampaikan dalam acara rutin kursus kepelatihan di Sangggar TARI KEMBANG SORE Pusat Yogyakarta adalah sebagai berikut:
1. Tari KUTHUK
2. Tari TALEDHOK
3. Tari HOLIYALIYO

Kembang Sore Indonesia Pusat selalu bersedia menampung segala bentuk kritik dan saran guna kemajuan bersama.
Kembang Sore Indonesia Pusat Terbuka!!!Jenis Privasi:Terbuka: Semua isi dapat dibaca umum.
Informasi Kontak

Email:stks.pusat@yahoo.com
Kantor:Sorogenen II RT 02 RW 01 Purwomartani, Kalasan
Lokasi:Jl. Solo Km.10, Sleman, Indonesia 55571 Telp. (0274) 497395

Berita Terkini

Berita:Album terbaru telah diluncurkan kepasaran.
Semoga dapat diterima seperti album-album sebelumnya.

Jumat, 14 Desember 2018

Seni Tari Dayak

1. Tari Gantar
Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya.

Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.

2. Tari Kancet Papatai / Tari Perang
Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya. Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penari.

Dalam tari Kancet Pepatay, penari mempergunakan pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.

 3. Tari Kancet Ledo / Tari Gong
Jika Tari Kancet Pepatay menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria Dayak Kenyah, sebaliknya Tari Kancet Ledo menggambarkan kelemahlembutan seorang gadis bagai sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin.

Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dan pada kedua tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.

4. Tari Kancet Lasan
Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.

5.Tari Leleng
Tarian ini menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan secara paksa oleh orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan Along akhirnya melarikan diri kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak Kenyah ini ditarikan dengan diiringi nyanyian lagu Leleng.


6. Tari Hudoq
Tarian ini dilakukan dengan menggunakan topeng kayu yang menyerupai binatang buas serta menggunakan daun pisang atau daun kelapa sebagai penutup tubuh penari. Tarian ini erat hubungannya dengan upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari Hudoq dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak.



7. Tari Hudoq Kita'
Tarian dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq dari suku Dayak Bahau dan Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam maupun untuk menyampaikan rasa terima kasih pada dewa yang telah memberikan hasil panen yang baik. Perbedaan yang mencolok anatara Tari Hudoq Kita' dan Tari Hudoq ada pada kostum, topeng, gerakan tarinya dan iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita' menggunakan baju lengan panjang dari kain biasa dan memakai kain sarung, sedangkan topengnya berbentuk wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng dalam tari Hudoq Kita', yakni yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari manik-manik dengan ornamen Dayak Kenyah.

8. Tari Serumpai
Tarian suku Dayak Benuaq ini dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling bambu).
Belian
Tari Belian Bawo

9. Tari Belian Bawo
Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tari ini sering disajikan pada acara-acara penerima tamu dan acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian suku Dayak Benuaq.

10. Tari Kuyang
Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.

11. Tari Pecuk Kina
Tarian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun.

12. Tari Datun
Tarian ini merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, boleh 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung, sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke segenap daerah suku Dayak Kenyah.

13. Tari Ngerangkau
Tari Ngerangkau adalah tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini mempergunakan alat-alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar sehingga menimbulkan irama tertentu.

14. Tari Baraga' Bagantar
Awalnya Baraga' Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq.

Senin, 10 Desember 2018

Pengertian Langendriyan dan Langen Mandra Wanara

Pengertian Langendriyan dan Langen Mandra Wanara

Pengertian Langendriyan dan Langen Mandra Wanara



1.      Langendriyan

Kesenian Indonesia Langendriyan adalah kesenian Jawa yang berbentuk dramatari. Apabila Langendriyan dibandingkan dengan wayang orang yang juga satu bentuk drama tari, tetap memiliki perbedaan. Perbedaan itu tampak pada bentuk dialog yang digunakan. Bentuk pertunjukkan wayang orang pada umumnya menggunakan dialog antawacana (percakapan biasa) dan kadang-kadang ada sedikit tembangnya, sedangkan Langendriyan semua dialognya menggunakan tembang. Oleh karena itu, dapat disebutkan bahwa Langendriyan adalah dramatari dengan menggunakan dialog tembang, yang artinya pemeran tokoh dalam cerita langendriyan ketika berdialog menggunakan tembang macapat, yang kadang-kadang dalam satu pupuh tembang dibawakan oleh seroang saja, tetapi terkadang juga dibawakan oleh lebih dari satu orang secara bergantian.

Dialog dalam Langendriyan sangat erat kaitannya dengan nilai sastra. Jalinan ceita tercipta melalui urutan tembang sehingga memiliki nilai sastra yang sangat tinggi. Horace berpendapat bahwa sastra yang baik adalah sastra yang mempunyai fungsi dulce et utile (menyenagkan dan berguna). Dulce berarti menyenangkan karena sastra bukan sesuatu yang menjemukan, bukan suatu keborosan, tetapi kesenangan yang tidak disebabkan oleh hal-hal itu sendiri. Utile bearti ‘bermanfaat’, adalah pemberian pengetahuan-pengetahuan termasuk anjuran tentang kesusilaan sebagai pengembang dan pemerkaya pandangan hidup.


Langendriyan gaya Yogyakarta diciptakan oleh KGPA Mangkubumi, putra Sri Sultan Hamengkubuana VI. Lakon-lakon yang diceritakan dalam langendriyan gaya Yogyakarta dipetik dari Serat Damarwulan. Spesifikasi atau ciri khas Langendriyan gaya Yogyakarta adalah cara atau posisi setiap penari dalam membawakan tarianya, yaitu dengan jongkok atau berlutut, yang dalam terminologi jawa disebut jengkeng, oleh karenanya Langendriyan gaya Yogyakarta sering disebut joged jengkeng. Para penarinya campuran laki-laki dan perempuan.

Langendriyan di Surakarta pada awalnya tumbuh di Pura Mangkunegaran  pada zaman pemerintahan K.G.P.A.A Mangkunegara IV, yaitu antara tahun 1853-1881. Menurut R.M. Sayid, Langendriyan di Mangkunegaran Surakarta diciptakan oleh R.M.H. Tandhakusuma (menantu Mangkunegara IV) pada tahun 1881.  Pada dekade 1970-an, Langendriyan tampak berkembang di dalam maupun di luar Mangkunegaran. Kemudian pada tahun 1972, S. Maridi menyusun pethilan Langendriyan Menakjingga-Damarwulan yang berpijak pada gaya atau versi Mangkunegaran. Cerita Damarwulan terbagi menjadi empat episode, yaitu: Damarwulan Ngarit, Ranggalewe Gugur, Menakjingga Lena, dan Jumenenging Damarwulan Dados Ratu ing Majapahit Kagarwa Ratu Ayu.



2.      Langen Mandra Wanara

Langen Mandra Wanara merupakan sebuah seni tradisi yang hidup dan berkembang atas partisipasi masyarakat sebagaipemangku keseniannya. Langen Mandra Wanara berasal dari bahasa Jawa yaitu Langen yang berarti bersenang-senang, Mandra yang berarti banyak dan Wanara yang berarti Kera. Jadi Langen Mandra Wanara dapat diartikan sebuah seni pertunjukan yang banyak menggunakan peran kera.

Di tinjau dari sejarahnya di Tempat Kerja Langen Mandra Wanara merupakan sebuah produk kesenian hasil dari pengembangan kesenian Srandul dan Langendriya. Kedua jenis kesenian tersebut mempunyai pola budaya yang berlainan sehingga keduanya memiliki ciri dan sifat yang berbeda. Langen Mandra Wanara mempunyai fungsi sebagai sarana hiburan dan media penerangan bagi masyarakat. Bentuk awal Langen Mandra Wanara berasal dari pengembangan kesenian Srandul dan Langendriya, kesenian Langen Mandra Wanara masih mencerminkan ciri-ciri dari kedua kesenian tersebut. Srandul sebagai asal mula kesenian ini dan Langendriya sebagai pola dan konsep dasar penggarapannya.

Menurut W. Sastrowiyono, Langen Mandra Wanara diciptakan oleh almarhum K.P.H. Yudanegara III yang kemudian menjadi K.P.H.A. Danureja VII, Patih di Kasultanan Yogyakarta pada sekitar tahun 1890. Awal kemunculan Langen Mandra Wanara pada saat itu mendapat sambutan yang cukup baik di masyarakat.
Keistimewaan dari Langen Mandra Wanara adalah gerak tarinya dilakukan dengan berjongkok. Hal ini sengaja diciptakan untuk membedakan dengan bentuk tarian yang ada pada kesenian Wayang Orang. Langen Mandra Wanara dalam pementasannya mengambil cerita dari serat Ramayana. Unsur tari dalam seni pertunjukan ini sangat dominan meskipun dialog juga digunakan.

Ciri-ciri Umum Tari-tarian di Nusantara

Ciri-ciri Umum Tari-tarian di Nusantara



Kesenian Indonesia memiliki banyak suku, di setiap sukunya memiliki ciri khas tersendiri. Dari setiap suku-suku di negara ini memiliki tarian yang khas pula sebagai identitas mereka. Berikut adalah sedikit ciri-ciri umum tari-tarian yang ada di nusantara untuk memudahkan pengenalan.
1.      Sumatera
-            Identik dengan musik bernafaskan Islam
-            Busana Cenderung Sederhana menutup Aurat
-            Gerak Lembut tapi Lincah
-            Iringan cenderung ritmis dan sederhana

2.      Betawi
-            Busana memiliki kombinasi warna yang mencolok
-            Gerak lincah
-            Iringan music gambang kromong

3.      Sunda
-          Busana dengan warna cerah
-          Gerakan variatif dari lembut, tegas, dan lincah
-          Iringan music gamelan

4.      Jawa
-            Busana dengan motif dan warna simbolik
-            Gerak ada yang mengalir tenang dan ada yang tegas
-            Iringan dengan gamelan yang lebih lengkap

5.      Bali
-            Busana meriah di bagian atas
-            Gerak ekspresif, lincah, dan dinamis
-            Musik iringan bernada tinggi dan cepat

6.      Kalimantan
-            Busana dengan tenunan yang khas, membawa senjata atau hiasan bulu di kepala.
-            Gerak lambat, sederhana, cenderung magis
-            Iringan music cenderung sederhana

7.      Sulawesi
-            Busana kain panjang dan baju kurung
-            Gerak kontras antara lambat dan tegas
-            Iringan ritmis dan sederhana

8.      Papua
-          Busana sederhana dari alam, identik dengan tato
-          Gerak powerful dan sederhana
-          Iringan ritmis, sederhana, penuh semangat