Kamis, 06 Desember 2018

Deskripsi Singkat Kesenian Dolalak Kabupaten Purworejo

Kesenian Rakyat Dolalak


Info Tari --- Dolalak merupakan kesenian khas Kabupaten Purworejo, kesenian ini lahir, tumbuh, dan berkembang di wilayah tersebut. Tari Dolalak adalah kesenian tradisional peninggalan zaman Belanda yang diprakarsai oleh tiga orang pemuda dari Sejiwan, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, yaitu, Rejotaruno, Duliyat, dan Ronodimejo yang didukung oleh masyarakat sekitarnya. Gerak tarinya merupakan wujud akulturasi budaya barat (Belanda) dengan budaya daerah setempat, hal ini dapat dilihat dari gerak tarinya yang mengadopsi gerak dansa dan pencak silat jawa.



P
enamaan Dolalak diambil dari tangga nada lagu yang dinyanyikan untuk mengiringi geraknya yaitu do-la-la. Ucapan do-la-la, yaitu lagu 1-6-6 oleh masyarakat Purworejo ditirukan menjadi nDolalak (lidah Jawa), termasuk juga meniru gerak-gerak serdadu Belanda dan bentuk atau motif busananya. Masyarakat setempat sering menyebut kesenian Dolalak dengan nama lain yaitu Jidhur.NamJidhur berasal dari istrumen yang bernama Jidhur,yaitu bedhug kecil yang digunakan sebagai instrumen pengiring kesenian Dolalak.


Busana kesenian Dolalak yaitu kemeja lengan panjang hitam dipadu dengan celana pendek berwarna hitam, dilengkapi atribut mirip tentara Belanda, topipet, sampur, kaos kaki, dan kacamata. Musik yang mengiringi kesenian Dolalak merupakan music yang sederhana terdiri dari Jidhur, terbang, kendang, dan nyanyian atau syair. Teknik memainkan instrument tersebut adalah dengan cara sederhana, hanya mengiringi secara ritmis sesuai dengan gerakan yang dibawakan oleh penarinya. Musik utama dalam kesenian Dolalak adalah syair dan Jidur dimana keduanya sangat mengikat erat dengan gerak tari yang ditarikan.
Sajian kesenian Dolalak diawali dengan pembukaan dimana iringan mulai berbunyi dan semua penari duduk bersila diarea pertunjukan. Adegan berikutnya dilakukan dengan menari secara bersama-sama lalu dilanjutkan berpasangan, trio, dan kwartet. Pada puncak sajian tarian dilakukan secara tunggal dan penari tersebut akan trance atau keseurupan, masyarakat mengenalnya dengan sebutan ndadi.
Semula Dolalak ditarikan oleh kaum pria, seiring dengan perkembangan zaman Dolalak pada tahun 1980an mengalami pergeseran dimana kesenian ini ditarikan oleh kaum wanita. Akibat dari hal tersebut menyebabkan eksistensi Dolalak Lanang (Jawa : Pria) semakin menurun dan tersingkir. Padahal apabila diamati lebih teliti tari Dolalak yang dilakukan oleh para kaum pria lebih dinamis dan lebih mantap dibandingkan dengan penari wanita. Melihat kondisi tari Dolalak tersebut, perlu diupayakan pelestarian bagi Dolalak Lanangguna membangkitkan kembali aktivitasnya agar tidak punah.

0 komentar:

Posting Komentar